CERITA - TRIFELO BLACK EPS. 3



TRIFELO BLACK

Fahmi Handika

EPISODE : 3

            Kepulangan Suhail ke rumahnya di sambut istrinya dengan pertanyaan. “mbe apel beneng? (mana apel merah?)”. tanya istrinya. Suhail kaget “astaga lupakku(astaga saya lupa)”. Kemudian ayahnya suhail juga datang kepadanya dengan pertanyaan. “mbe batu api kanca temako?(mana batu api sama tembakau)?”. “astaga lupakku nu ampok (astaga itu juga saya lupa)” jawab Suhail kembali. Kemudian istri dan ayahnya melihat jempol Suhail. Secara bersamaanya keduanya menanyakan Suhail. “kumbek mok ca?(kenapa itu?)” jawab keduanya. “polaknya, mbe mok tan palek ku sik bawi kon Bengkoang trus geran ku bak got lolon puntik mara polak jempolku siknya(dia patah, soalnya saya dikejar babi liar di Bengkoang trus saya nyemplung got pohon pisang terus jempol saya patah)” jawab Suhail. “kayaa maslaka” respon istrinya. Ayahnya juga merespon "ogor kah jauk montor (bawa motor tidak hati hati). Ketika itu, Suhail langsung pergi mengabil air wudhu dan bergegas ke masjid untuk sholat ashar. Aktivitas yang dilakukan Suhail sebenarnya setelah ashar adalah bermain bola voli, tetapi karena jempolnya patah, Suhail tidak bermain untuk hari ini.

            Lapangan bola voli Suhail dekat sekali dengan rumahnya sehingga menuntut dia setelah pulang ngojek, dia selalu rutin latihan dan bermain bola voli di lapangan tersebut. Lapangan bola voli tersebut adalah lapangan bola voli yang dibangunnya bersama rekan satu hobinya di kampungnya. Lapangan itu dibangun untuk generasi-generasi setelahnya ketika tua nanti, agar generasi setelahnya bisa menyalurkan hobi dan melakukan aktifitas olahraga. Lapangan bola voli tersebut dibangun Suhail ketika Suhail dan rekan-rekannya masih muda. Saat itu lapangan belum memakai semen, masih menggunakan tanah telanjang. Tiang netnya saja masih menggunakan kayu kelapa atau dalam basa sasaknya menggunakan ramoan. Ketika awal sekali lapangan itu dibuat juga tiangnya masih menggunakan bambu. Setelah inisiatif rekannya mereka mengganti secepatnya menggunakan kayu kelapa (ramoan). Bagian-bagian samping lapangan juga ditutup dengan anyaman kayu (bide kayu) agar bola tidak menganai rumah warga ketika bermain bola voli. Dahulu lapangan itu mereka bangun bersama orang-orang yang memiliki hobi sama, namun sekarang mereka semua sudah menikah dan semakin tua. Suhail adalah pemain utamanya saat ini. Nama klub bola voli Suhail sampai sekarang adalah ROKET. Sampai saat ini nama tersebut tidak tau maknanya, karena asal dinamakan saja. Namun, walaupun begitu klub bola voli ini bisa dibilang klub papan atas di kabupaten. Sekarang, Suhail menjadi tim senior di ROKET. Dua tim roket dibentuk di klub ini yakni tim ROKET Legend dan tim ROKET Bujang Lapoq. Suhail adalah tim ROKET Legend atau tim yang diisi oleh orang-orang tua dan sudah menikah sedangkan ROKET Bujang Lapoq diisi oleh mereka yang masih muda dan belum menikah. Suhail ketika muda sampai sekarang masih malang melintang dalam bola voli kabupaten dan tidak pernah bermain di kompetisi provinsi. Suhail dijuluki sebagai raja maddox karena dia sangat mumpuni dalam memukul bola dari pipi lapangan dan memukul dari arah ujung net serta menembus blok lawan ke arah menyilang.

            Ketika sudah menikah kekuatan memukul bola Suhail tidak sekeras masih muda dulu. Sekarang dia fokus ngojek saja. Hari ini, Suhail tidak bermain bola voli karena jempolnya patah. “dug dug peek” suara bola voli yang dimainkan pemain Legend dan Bujang Lapoq. Suhail mendengar suara tersebut dari rumahnya sambil berbaring memegang jempolnya. “genit-genit kat ima ne mele menemes, laguk jempol ni kah kurang ajar(gatal-gatal tangan ini ingin smash bola, tapi jempol ini kurang ajar)”. Kalimat yang Suhail katakan tadi termakan oleh malam dan menujukkan hari sudah malam. Ketika itu pukul 21.00 WITA Suhail merenung dan memikirkan masa depan anaknya yang akan lahir. Suhail mengkhawatirkan masa depan anaknya karena profesinya sebagai tukang ojek ini. Untuk mencukupi kebutuhan anaknya kelak pasti akan susah. Tetapi suhail selalu mengingat kalimat H.Haris ayahnya yang selalu menasihatinya bahwa apapun kerjaannya yang penting halal dan berkah.

            Keesokan paginya Suhail bangun dengan wajah ceria, bersemangat dan penuh senyuman sambil memanaskan KING bandel. “trett tett tett, drdk drdk drdk, trett tet tettt, drdk drdk drdk drdk drdk” suara motor KING bandel siap beraksi. Ketika Suhail bersemangat untuk ngojek hari ini ternyata dia ingat bahwa hari ini hari Jum’at, otomatis pasar sepi dan penumpang pun sepi atau hari ini adalah hari libur untuk pasar dan pengojek. “bahlaaaa, lupak ku libur kek ngka(bahlaa, lupa saya, libur hari ini). Wajah Suhail kembali datar dan sedikit kecewa. Akhirnya Suhail mengambil parang dan sabit untuk pergi ke kebunnya. Sambil membawa parang dan sabit Suhail juga membawa reregang sebagai wadah rumput untuk sapi betina yang ia rawat dengan ayahnya. Memakai baju slipknot penuh debu dan celan levis dipotong dengan gunting setinggi paha. Ujung celananya dipaha berbulu-bulu karena potongan gunting celananya. Suhail ke kebun seperti seorang perampok yang haus berlian emas dan permata. Walaupun jempolnya masih terasa sakit, dia tetap pergi ke kebun. Sesampainya disana Suhail memegang sabit kemudian mulai menyisir rumput dikebunnya untuk makan sapi. Lima langkah kakinya jongkok untuk menyabit rumput tersebut, ular sawah (ular sawak) congok didepan Suhail. “ular saaaaaawaaaakkkkk” Suhail berteriak dan kabur kembali ke rumahnya dan lupa membawa parang dan reregangnya. Ketika dia lari ditengah pelarian, ular brare juga hampir mematok kakinya. Dia semakin berteriak “adooohhhhh jagaaa wahh saut ku sik brare (adohhh hampir saya digigit ular brare”. Dengan wajah seperti anjing kelelahan akhirnya Suhail kembali ke rumahnya dan menunda untuk pergi ke kebunnya.

 

Bersambung…

 


Comments

Popular Posts