CERITA - TRIFELO BLACK EPS.2

TRIFELO BLACK

Fahmi Handika

EPISODE : 2

         Suhail merengek kesakitan ketika Ibu Sunaah mengurut sentuhan pertama pada jempol tangannya. Seolah-olah teriakan Suhail seperti meneriaki kepergian seorang kekasih dengan rasa kecewa di pantai. Sentuhan kedua pada jempol tangan Suhail semakin membuatnya berteriak semakin kencang sambil berkata “Adooohhhh Sakitt, Adeng-Adeng(Aduhh sakit, pelan-pelan)”. Ibu Sunaah menjawab “Sabar nggih, tahen, ari semendak jeranya (sabar ya, tahan, lagi sebentar sembuh)”. Setelah sekian lama akhirnya Suhail selesai dipijat jempolnya oleh Ibu Sunaah. Balutan putih dijempolnya yang terbuat dari kain dengan jempolnya dihiasi dengan minyak. Apabila dicium baunya minyak tersebut menembus kain putih tersebut dengan baunya. Lembaran biru mata uang lima puluh ribu rupiah keluar dari kantong Suhail dan diberikan dengan cara sembunyi-sembunyi kepada Ibu Sunaah. “matur tampiasih Inaq(terimakasih Ibu)” kata Suhail kepada Ibu Sunaah. Ibu Sunaah menjawab “Nggih(Iya)”. Suhail menaiki motornya dan kakinya bergerak untuk menyalakan starter motor RK KINGnya. Suara motor RX KING yang begitu maco membuat Suhail pula terlihat maco meskipun ketika mengendarai RX KINGnya jempolnya terangkat dan Suhail menarik tuas gas dengan empat jari karena apabila menggunakan lima jari, jempolnya akan tersakiti.

        Sesampainya di pos ngojek yang ramai memperlihatkan bahwa pos ngojek tersebut solid. Suhail memperlihatkan wajah yang terlihat menahan sakit sambil duduk meminum kopi milik Rodi. “we hail kumbek jempol dik?(hail kenapa jempolmu?)” tanya Anwar. Suhail pun menjawab “polaknya(dia patah)”. “astaga, ngak bau polak?(astaga, kenapa bisa patah?)”. “palek KING bandel ku sik bawi kn Bengkoang terus geran ku bak got lolon puntik, ckckck (dikejar motor KING bandel saya sama Babi liar di Bengkoang terus saya jatuh ke got pohon pisang)” jawab Suhail. Semua teman ojek di pos ngojek menertawakan Suhail. Suhail sama sekali tidak mengambil hati bahkan Suhail juga ikut menertawakan dirinya sendiri. Suasana di pos ngojek kembali normal. Kemudian Mas’un mengambil papan catur dan menantang Rodi bermain catur. Pemain catur paling jago di pos ngojek adalah Suhail sehingga teman-teman Suhail tidak berani menantang Suhail bermain catur. Namun, ada satu orang yang tidak bisa dikalahkan Suhail yakni mahrim. Mahrim bukan seorang pengojek disana tetapi mahrim adalah seorang penjual nasi, gorengan, kopi dan sejenisnya disamping pos ngojek tersebut. Sebenarnya ketika melihat teman-temannya bermain catur, Suhail bersemangat tetapi hari ini suasana hati Suhail sedang tidak baik karena jempolnya yang patah. Suhail akhirnya beranjak meninggalkan pos ngojek untuk pergi makan di warung mahrim. Jarak pos ngojek dengan warung mahrim yakni lima meter dan berada dikerumunan pasar. “rim, arak nasi bungkus luan jukut sampi?(rim, ada nasi bungkus lauk daging sapi?” tanya Suhail. Mahrim menjawab “oo araknya(oo ada)”. Mahrim memberikan nasi bungkus dengan lauk daging sapi kepada Suhail sambil melihat jempol Suhail yang terbalut kain putih. “yohh kumbek jempol dik hail?(yoh kenapa jempolmu hail?)” tanya Mahrim. “polaknya, mbe mok tan palek ku sik bawi kon Bengkoang trus geran ku bak got lolon puntik mara polak jempolku siknya(dia patah, soalnya saya dikejar babi liar di Bengkoang trus saya nyemplung got pohon pisang terus jempol saya patah)” jawab Suhail. Ekspresi Mahrim terkejut tetapi dengan wajah mengejek sambil berkata “astaga hahah, sawek dik urut bak Inak Sunaah?”. “nggih sawek, gek gek(cegukan), aek rim aek (iya sudah, gek gek(cegukan), air rim air)”. Wajah kekenyangan menyudahi suasana percakapan antara Mahrim dan Suhail. Akhirnya Suhail kembali ke pos ngojek dan kembali menunggu penumpang.

          Hari hampir sore, suasana pasar dan keramaian pasar menghilang, sepi dan tenang. Penumpang Suhail hari ini berjumlah lima orang dengan berbagai problematika perojekan. Penumpang Suhail hari ini terasa cerewet dan banyak yang menceritakan keluh kesah kehidupan mereka masing-masing diatas motor. Suasana hati Suhail ketika itu tampak kesal, namun dari lubuk hati Suhail selalu muncul kata sabar.  Kesalnya lagi, hal yang mengubah suasana hati Suhail menjadi keal juga adalah penumpang-penumpang tersebut selalu menanyakan pasal jempolnya yang patah. Suhail pun membawa RX KING nya bergegas pulang dengan suasana hati yang kesal. Walaupun suasana hatinya kesal tetapi dia harus tetap menikmati profesinya. Angin sepoi-sepoi menghiasi perjalanan pulang Suhail yang semakin mengiris Suasana hati Suhail yang kesal. Seampainya di kampung Bengkoang tadi, suasana hati Suhail ketakutan. Takut akan babi liar yang menyerangnya kembali. Namun, kampung Bengkoang saat itu ramai motor mondar-mandir. Perjalanan pulang Suhail pun baik-baik saja.

Bersambung...





               


Comments

Post a Comment

Popular Posts