CERITA - TRIFELO BLACK EPS. 1

TRIFELO BLACK

Fahmi Handika

EPISODE : 1

            Hantaman debu jalan setapak mengikuti langkah seseorang dengan pakaian putih hitam bergaris.  Membawa diri dalam langkah yang bergembira akan ada sesuatu dalam hidupnya yang berbeda dan membuat hatinya menjadi riang setiap saat. Seseorang ini bernama suhail, yang setiap hari membawa motor dan menguasai pasar. Suhail adalah seorang tukang ojek dengan motor corak hitam bergaris hijau RX KING. Melambaikan tangan dan menganggukkan kepala apabila bertemu kerabat dijalan. “Treng teng teng, treng teng teng” bunyi motor Suhail setiap harinya meraih rupiah seadanya. Suhail sudah menikah. Suhail lahir dari Bapak seorang ustadz dan Ibunya biasa. Sedangkan istrinya Atikah lahir dari kedua orang tua Ustadz dan Ustadzah dikampungnya.

            Sesuatu yang dinanti Suhail adalah dalam waktu dekat ini, istrinya akan melahirkan, sehingga hal tersebut membawa warna baru dalam hidupnya. “we batur ari semendak niki tiang bedoe anak (teman-teman lagi bentar saya mempunyai anak)” kata Suhail kepada teman sesama Ojek. Rodi teman Suhail menanggapi “wehh selamat wah renten (wehh selamat ya teman)”. Suara bising motor dan suara bising pedagang menghiasi markas ojek Suhail dan teman temannya. Markas ojek Suhail dan teman-temannya terletak kerumunan pasar dan tepat depan jalan raya yang selalu ramai dengan motor, mobil, angkot, pejalan kaki, pengemis hingga pejabat kabupaten yang selalu mengawasi jalannya pasar. Wanita dengan membawa keranjang kangkung melangkah menuju markas ojek, “bang ojek” kata wanita itu. Rodi, Suhail, Anwar dan Mas’un serentak menjawab “Teh wah (Ayo dah)”. Sambil saling liat satu sama lain dan wanita itu teheran-heran. “ku wah batur, lakok asekk (saya aja teman –teman, minta tolong)” kata Suhail. “Suit maeh (Suit aja)” kata Mas’un. Suhail menjawab “dendek wah suit batur, ku wah jari jauk penumpang ne soal ku butuh kepeng sik kelahiran senina ku (jangan suit teman-teman karen asaya lagi membutuhkan uang untuk kelahiran istri saya”. Rodi, Anwar dan Mas’un menyetujui Suhail. Sebelum menjadi tukang ojek Suhail memiliki kehidupan yang keras dan penuh perjuangan. Suhail hanya orang yang tamat SMP karena tidak adanya biaya dia langsung berangkat menjadi TKI. Kepulangan dari menjadi TKI tesebut Suhail menikah dan memutuskan menjadi tukang ojek. Namun, walaupun begitu Suhail memiliki kebun warisan dari ayahnya, tetapi karena ayahnya masih hidup jadi belum diberikan sepenuhnya.

            Menjelang dua bulan kelahiran anak Suhail, membuatnya semakin semangat untuk mencari pundi-pundi rupiah dan dibarengi dengan istrinya yang selalu mengidam. “beliangku apel beneng (belikan saya apel merah)” perintah Atikah kepada Suhail. “Aok (Iya) “ jawab Suhail. “Oii Suhail” panggil ayah Suhail yang bernama H. Haris. “Apa wak tuan?” jawab Suhail. “mun de ngojek beliang ku temako kanca batu percek sik ku merokok (kalo kamu pergi ngojek belikan saya tembakau dan batu api untuk saya merokok” perintah ayahnya kepada Suhail. “Oo nggih wak tuan (Oo iya wak tuan)” jawab Suhail.

            Ditengah perjalanan melewati kampung hindu yang dinamakan kampung bengkoang. RX KING Suhail dikejar babi liar yang membuat Suhail menarik tuas gas RX KING dengan kuat..  Namun sayang, tindakan itu membuat Suhail menabrak pohon pisang di kampung bengkoang dan jari jempolnya patah, babi liar tadi pergi karena melihat suhail jatuh ke selokan hutan yang dipenuhi pohon pisang milik warga bengkoang. “adooooohhhh tuluungg” teriak Suhail. ”cepengg pengg” suara piring jatuh di dapur Atikah. Atikah pun memungut pecahan piring tersebut, akan tetapi pecahan piring itu melukai jari Atikah. Firasat buruk telah terjadi pada Atikah. Kemudian, dengan menggendong tangannya karena jari jempol Suhail patah, Suhail meminta bantuan kepada rumah warga bengkoang yang berada didekat Suhail terjatuh dan nyngsep ke pohon pisang tadi. Warga bengkoang tersebut akhirnya membantu mengangkat motor Suhail kembali ke jalan raya. Suhail pun membawa dirinya ke tukang urut Ibu Suna’ah untuk mengurut jempolnya yang patah.

              Sesampainya di tukang urut Ibu Suna’ah, suasananya ramai dan orang-orang berbicara dengan bisik-bisik. Suasana ramai karena antrian ditempat tersebut banyak sekali dan mereka berbicara dengan bisik-bisik karena tidak ingin mengganggu pasien lainnya yang sedang istirahat. Begitu pula dengan Suhail, walaupun menahan sakit, tetapi ekspresinya selalu kalem karena tidak ingin melihat pasien lainnya terganggu karenanya. Tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam ruangan urut Ibu Suna’ah “adoooooooohhhhh”. Suhail pun menelan ludah sambil buah khuldinya atau buah tenggorokannya bergerak ke atas dan kebawah, ekpresi mukanya yang terlihat berbeda dan berkeringat karena Suhail merasa takut diurut.  Waktu dzuhur telah tiba dan akhirnya pada waktu itu Suhail mendapat giliran untuk mengurut dirinya. Namun, Ibu Suna’ah memerintahkan untuk melaksanakan Sholat Dzuhur dahulu baru nanti giliran Suhail untuk di Urut. Tetapi Suhail menolak “Inak Suna’ah lanjutang sawek ku wah sholat (bu Suna’ah lanjutkan saja, nanti setelah saya baru sholat”. Ibu Suna’ah menjawab “mara side mate kenyekah mengurut berembe? yas sembahyang juluk (kalo kamu mati ketika mengurut gimana? Makanya Sholat dulu)” .  Akhirnya Suhail pun Sholat terlebih dahulu.

 

Bersambung…  

             

           


Comments

Post a Comment

Popular Posts